Ikhfana Fasyaqi "Negara Kesatuan Rise Indonesia"
Rising star is on the way for rio
Senin, 28 November 2011
Sabtu, 26 November 2011
.::. Mengapa Kita Membaca Al-Quran Meskipun Tidak Mengerti Satupun Artinya? .::.
Seorang muslim tua Amerika tinggal di sebuah perkebunan/area di sebelah timur Pegunungan Kentucky bersama cucu laki-lakinya. Setiap pagi Sang kakek bangun pagi dan duduk dekat perapian membaca Al-qur’an. Sang cucu ingin menjadi seperti kakeknya dan memcoba menirunya seperti yang disaksikannya setiap hari.
Suatu hari ia bertanya pada kakeknya : “ Kakek, aku coba membaca Al-Qur’an sepertimu tapi aku tak bisa memahaminya, dan walaupun ada sedikit yang aku pahami segera aku lupa begitu aku selesai membaca dan menutupnya. Jadi apa gunanya membaca Al-quran jika tak memahami artinya ?
Sang kakek dengan tenang sambil meletakkan batu-batu di perapian, memjawab pertanyaan sang cucu : “Cobalah ambil sebuah keranjang batu ini dan bawa ke sungai, dan bawakan aku kembali dengan sekeranjang air.”
Anak itu mengerjakan seperti yang diperintahkan kakeknya, tetapi semua air yang dibawa habis sebelum dia sampai di rumah. Kakeknya tertawa dan berkata, “Kamu harus berusaha lebih cepat lain kali “.
Kakek itu meminta cucunya untuk kembali ke sungai bersama keranjangnya untuk mencoba lagi. Kali ini anak itu berlari lebih cepat, tapi lagi-lagi keranjangnya kosong sebelum sampai di rumah.
Dengan terengah-engah dia mengatakan kepada kakeknya, tidak mungkin membawa sekeranjang air dan dia pergi untuk mencari sebuah ember untuk mengganti keranjangnya.
Kakeknya mengatakan : ”Aku tidak ingin seember air, aku ingin sekeranjang air. Kamu harus mencoba lagi lebih keras. ” dan dia pergi ke luar untuk menyaksikan cucunya mencoba lagi. Pada saat itu, anak itu tahu bahwa hal ini tidak mungkin, tapi dia ingin menunjukkan kepada kakeknya bahwa meskipun dia berlari secepat mungkin, air tetap akan habis sebelum sampai di rumah. Anak itu kembali mengambil / mencelupkan keranjangnya ke sungai dan kemudian berusaha berlari secepat mungkin, tapi ketika sampai di depan kakeknya, keranjang itu kosong lagi. Dengan terengah-engah, ia berkata : ”Kakek, ini tidak ada gunanya. Sia-sia saja”.
Sang kakek menjawab : ”Nak, mengapa kamu berpikir ini tak ada gunanya?. Coba lihat dan perhatikan baik-baik keranjang itu .”
Anak itu memperhatikan keranjangnya dan baru ia menyadari bahwa keranjangnya nampak sangat berbeda. Keranjang itu telah berubah dari sebuah keranjang batu yang kotor, dan sekarang menjadi sebuah keranjang yang bersih, luar dan dalam. ” Cucuku, apa yang terjadi ketika kamu membaca Qur’an ? Boleh jadi kamu tidak mengerti ataupun tak memahami sama sekali, tapi ketika kamu membacanya, tanpa kamu menyadari kamu akan berubah, luar dan dalam.
.::. Bidadari Surga itu…. Seperti Apa Ya?? .::.
Telah ada beberapa buku yang di dalamnya menjabarkan bagaimanakah bidadari surga itu, secara fisik dan non fisik. Dan dari gambaran detail itu, pastinya akan membuat yang tahu akan menjadi sangat merindukan bidadari surga. Untuk singkatnya tentang gambaran seperti apakah bidadari itu, saya cuplikkan ayat-ayat dalam Al-Qur’an dan hadits yang berhasil saya temukan, atau gak sengaja ketemu.Gambaran Bidadari dalam Al-Qur’anul Karim
“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jeli matanya, seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik.”
(Qs. Ash-Shaaffaat [37]: 48-49)
“Dan pada sisi mereka (ada bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya.” (Qs. Shaad [38]: 52)
“Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin.”
(Qs. Ar-Rahmaan [55]: 56)
“Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (Qs. Ar-Rahmaan [55]: 58)
“Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang baik- baik lagi cantik-cantik.”
(Qs. Ar-Rahmaan [55]: 70)
“(Bidadari-bidadari) yang jeli, putih bersih, dipingit dalam rumah.”
(Qs. Ar-Rahmaan [55]: 72)
“Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin.” (Qs. Ar-Rahmaan [55]: 74)
“Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah.” (Qs. Ar-Rahmaan [55]: 76)
“mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.” (Qs. Ath-Thuur [52]: 20)
“Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik.”
(Qs. Al-Waaqi’ah [56]: 22-23)
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya.”
(Qs. Al-Waaqi’ah [56]: 35-37)
Gambaran Bidadari dalam Hadits
Ath-Thabarany menuturkan, kami diberi tahu Bakr bin Sahl Ad-Dimyaty, kami diberitahu Amru bin Hisyam Al-Biruny, kami diberitahu Sulaiman bin Abu Karimah, dari Hisyam bin Hassan, dari Al-Hassan, dari ibunya, dari Ummu Salamah Radhiallahuanha, dia berkata, “Saya berkata,”Wahai Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah tentang bidadari-bidadari yang bermata jeli”.”
Beliau menjawab,”Bidadari yang kulitnya putih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilau seperti sayap burung nasar.”
Saya berkata lagi,”Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku tentang firman Allah, “˜Laksana mutiara yang tersimpan baik.”(Al-Waqi’ah: 23)
Beliau menjawab,”Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tidak pernah tersentuh tangan manusia.”
Saya berkata lagi,”Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, “˜Di dalam surga-surga ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.” (Ar-Rahmaan: 70)
Beliau menjawab,”Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jeli.”
Saya berkata lagi,”Jelaskan padaku firman Allah, “seakan-akan mereka adalah telur (burung onta) yang tersimpan dengan baik.” (Ash-Shaaffaat: 49)
Beliau menjawab,”Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung kulit bagian luar, atau yang biasa disebut putih telur.”
Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan padaku firman Allah, “˜Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (Al-Waaqi’ah: 37)
Beliau menjawab,”Mereka adalah wanita-wanita yang meninggal pada usia lanjut, dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yang dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Dia menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi dan umurnya sebaya.”
…………….(hingga akhir hadits).
Disebutkan dalam catatan kaki buku Raudhatul Muhibbin, halaman 201: ”Pengarang (Ibnul Qoyyim) menyebutkan hadits ini di dalam bukunya Hadil Arwah. Di sana dia memberi catatan: Sulaiman bin Abu Karamah menyendiri dalam riwayat ini. Abu Hatim menganggapnya dha’if. Menurut Ibnu Ady, mayoritas hadits-haditsnya adalah mungkar dan saya tidak melihat orang-orang dahulu membicarakannya. Kemudian dia menyebutkan hadits ini dari jalannya seraya berkata, “Hanya sanad inilah yang diketahui.”
Nah, dari sedikit gambaran (visualisasi) dari sosok bidadari itu, sudahkah dapat membuat kita (yang ikhwan) merindukannya?? [ ]
Rujukan:
Al Qur’an Al Karim
Raudhah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin (Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu), karya Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah, terbitan Daarul Falah.
.::. 13 Sifat Laki-laki yang Tidak Disukai Perempuan .::.
Sumber : shirotsuya
Para istri atau kaum wanita adalah
manusia yang juga mempunyai hak tidak suka kepada laki-laki karena
beberapa sifat-sifatnya. Karena itu kaum lelaki tidak boleh egois, dan
merasa benar. Melainkan juga harus memperhatikan dirinya, sehingga ia
benar-benar bisa tampil sebagai seorang yang baik. Baik di mata Allah,
pun baik di mata manusia, lebih-lebih baik di mata istri. Ingat bahwa
istri adalah sahabat terdekat, tidak saja di dunia melainkan sampai di
surga. Karena itulah perhatikan sifat-sifat berikut yang secara umum
sangat tidak disukai oleh para istri atau kaum wanita. Semoga
bermanfaat.
Pertama, Tidak Punya Visi
Setiap kaum wanita merindukan suami
yang mempunyai visi hidup yang jelas. Bahwa hidup ini diciptakan bukan
semata untuk hidup. Melainkan ada tujuan mulia. Dalam pembukaan surah An
Nisa’: 1 Allah swt. Berfirman: “Hai sekalian manusia, bertakwalah
kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan
daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. Dalam ayat
ini Allah dengan tegas menjelaskan bahwa tujuan hidup berumah tangga
adalah untuk bertakwa kepada Allah. Takwa dalam arti bersungguh
mentaati-Nya. Apa yang Allah haramkan benar-benar dijauhi. Dan apa yang
Allah perintahkan benar ditaati.
Namun yang banyak terjadi kini,
adalah bahwa banyak kaum lelaki atau para suami yang menutup-nutupi
kemaksiatan. Istri tidak dianggap penting. Dosa demi dosa diperbuat di
luar rumah dengan tanpa merasa takut kepada Allah. Ingat bahwa setiap
dosa pasti ada kompensasinya. Jika tidak di dunia pasti di akhirat.
Sungguh tidak sedikit rumah tangga yang hancur karena keberanian para
suami berbuat dosa. Padahal dalam masalah pernikahan Nabi saw. bersabda:
“Pernikahan adalah separuh agama, maka bertakwalah pada separuh yang tersisa.”
Kedua, Kasar
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa
wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Ini menunjukkan bahwa
tabiat wanita tidak sama dengan tabiat laki-laki. Karena itu Nabi saw.
menjelaskan bahwa kalau wanita dipaksa untuk menjadi seperti laki-laki
tulung rusuk itu akan patah. Dan patahnya berarti talaknya. Dari sini
nampak bahwa kaum wanita mempunyai sifat ingin selalu dilindungi. Bukan
diperlakukan secara kasar. Karena itu Allah memerintahkan para suami
secara khusus agar menyikapi para istri dengan lemah lembut: Wa’aasyiruuhunna bil ma’ruuf
(Dan sikapilah para istri itu dengan perlakuan yang baik) An Nisa: 19.
Perhatikan ayat ini menggambarkan bahwa sikap seorang suami yang baik
bukan yang bersikap kasar, melainkan yang lembut dan melindungi istri.
Banyak para suami yang menganggap
istri sebagai sapi perahan. Ia dibantai dan disakiti seenaknya. Tanpa
sedikitpun kenal belas kasihan. Mentang-mentang badannya lebih kuat lalu
memukul istri seenaknya. Ingat bahwa istri juga manusia. Ciptaan Allah.
Kepada binatang saja kita harus belas kasihan, apalagi kepada manusia.
Nabi pernah menggambarkan seseorang yang masuk neraka karena menyiksa
seekor kucing, apa lagi menyiksa seorang manusia yang merdeka.
Ketiga, Sombong
Sombong adalah sifat setan. Allah melaknat Iblis adalah karena kesombongannya. Abaa wastakbara wakaana minal kaafiriin
(Al Baqarah:34). Tidak ada seorang mahlukpun yang berhak sombong,
karena kesombongan hanyalah hak prerogatif Allah. Allah berfirman dalam
hadits Qurdsi: “Kesombongan adalah selendangku, siapa yang menandingi aku, akan aku masukkan neraka.”
Wanita adalah mahluk yang lembut. Kesombongan sangat bertentangan
dengan kelembutan wanita. Karena itu para istri yang baik tidak suka
mempunyai suami sombong.
Sayangnya dalam keseharian sering
terjadi banyak suami merasa bisa segalanya. Sehingga ia tidak mau
menganggap dan tidak mau mengingat jasa istri sama sekali. Bahkan ia
tidak mau mendengarkan ucapan sang istri. Ingat bahwa sang anak lahir
karena jasa kesabaran para istri. Sabar dalam mengandung selama sembilan
bulan dan sabar dalam menyusui selama dua tahun. Sungguh banyak para
istri yang menderita karena perilaku sombong seorang suami.
Keempat, Tertutup
Nabi saw. adalah contoh suami yang
baik. Tidak ada dari sikap-sikapnya yang tidak diketahui istrinya. Nabi
sangat terbuka kepada istri-istrinya. Bila hendak bepergian dengan salah
seorang istrinya, Nabi melakukan undian, agar tidak menimbulkan
kecemburuan dari yang lain. Bila Nabi ingin mendatangi salah seorang
istrinya, ia izin terlebih dahulu kepada yang lain. Perhatikan betapa
nabi sangat terbuka dalam menyikapi para istri. Tidak seorang pun dari
mereka yang merasa didzalimi. Tidak ada seorang dari para istri yang
merasa dikesampingkan.
Kini banyak kejadian para suami
menutup-nutupi perbuatannya di luar rumah. Ia tidak mau berterus terang
kepada istrinya. Bila ditanya selalu jawabannya ngambang. Entah ada
rapat, atau pertemuan bisnis dan lain sebagainya. Padahal tidak demikian
kejadiannya. Atau ia tidak mau berterus terang mengenai penghasilannya,
atau tidak mau menjelaskan untuk apa saja pengeluaran uangnya. Sikap
semacam ini sungguh sangat tidak disukai kaum wanita. Banyak para istri
yang tersiksa karena sikap suami yang begitu tertutup ini.
Kelima, Plin-plan
Setiap wanita sangat mendambakan
seorang suami yang mempunyai pendirian. Bukan suami yang plin-plan.
Tetapi bukan diktator. Tegas dalam arti punya sikap dan alasan yang
jelas dalam mengambil keputusan. Tetapi di saat yang sama ia
bermusyawarah, lalu menentukan tindakan yang harus dilakukan dengan
penuh keyakinan. Inilah salah satu makna qawwam dalam firman Allah: arrijaalu qawwamuun alan nisaa’ (An Nisa’:34).
Keenam, Pembohong
Banyak kejadian para istri tersiksa
karena sang suami suka berbohong. Tidak mau jujur atas perbuatannya.
Ingat sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh ke tanah.
Kebohongan adalah sikap yang paling Allah benci. Bahkan Nabi menganggap
kebohongan adalah sikap orang-orang yang tidak beriman. Dalam sebuah
hadits Nabi pernah ditanya: hal yakdzibul mukmin (apakah ada
seorang mukmin berdusta?) Nabi menjawab: Laa (tidak). Ini menunjukkan
bahwa berbuat bohong adalah sikap yang bertentangan dengan iman itu
sendiri.
Sungguh tidak sedikit rumah tangga
yang bubar karena kebohongan para suami. Ingat bahwa para istri tidak
hanya butuh uang dan kemewahan dunia. Melainkan lenbih dari itu ia ingin
dihargai. Kebohongan telah menghancurkan harga diri seorang istri.
Karena banyak para istri yang siap dicerai karena tidak sanggup hidup
dengan para suami pembohong.
Ketujuh, Cengeng
Para istri ingin suami yang tegar,
bukan suami yang cengeng. Benar Abu Bakar Ash Shiddiq adalah contoh
suami yang selalu menangis. Tetapi ia menangis bukan karena cengeng
melainkan karena sentuhan ayat-ayat Al Qur’an. Namun dalam sikap
keseharian Abu Bakar jauh dari sikap cengeng. Abu Bakar sangat tegar dan
penuh keberanian. Lihat sikapnya ketika menghadapi para pembangkang
(murtaddin), Abu Bakar sangat tegar dan tidak sedikitpun gentar.
Suami yang cengeng cenderung nampak
di depan istri serba tidak meyakinkan. Para istri suka suami yang selalu
gagah tetapi tidak sombong. Gagah dalam arti penuh semangat dan tidak
kenal lelah. Lebih dari itu tabah dalam menghadapi berbagai cobaan
hidup.
Kedelapan, Pengecut
Dalam sebuah doa, Nabi saw. minta
perlindungan dari sikap pengecut (a’uudzubika minal jubn), mengapa?
Sebab sikap pengecut banyak menghalangi sumber-sumber kebaikan. Banyak
para istri yang tertahan keinginannya karena sikap pengecut suaminya.
Banyak para istri yang tersiksa karena suaminya tidak berani
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Nabi saw. terkenal pemberani.
Setiap ada pertempuran Nabi selalu dibarisan paling depan. Katika
terdengar suara yang menakutkan di kota Madinah, Nabi saw. adalah yang
pertama kaluar dan mendatangi suara tersebut.
Para istri sangat tidak suka suami
pengecut. Mereka suka pada suami yang pemberani. Sebab tantangan hidup
sangat menuntut keberanian. Tetapi bukan nekad, melainkan berani dengan
penuh pertimbangan yang matang.
Kesembilan, Pemalas
Di antara doa Nabi saw. adalah minta perlindingan kepada Allah dari sikap malas: allahumma inni a’uudzubika minal ‘ajizi wal kasal , kata kasal
artinya malas. Malas telah membuat seseorang tidak produktif. Banyak
sumber-sumber rejeki yang tertutup karena kemalasan seorang suami. Malas
sering kali membuat rumah tangga menjadi sempit dan terjepit. Para
istri sangat tidak suka kepada seorang suami pemalas. Sebab keberadaanya
di rumah bukan memecahkan masalah melainkan menambah permasalah.
Seringkali sebuah rumah tangga diwarnai kericuhan karena malasnya
seorang suami.
Kesepuluh, Cuek Pada Anak
Mendidik anak tidak saja tanggung
jawab seorang istri melainkan lebih dari itu tanggung jawab seorang
suami. Perhatikan surat Luqman, di sana kita menemukan pesan seorang
ayah bernama Luqman, kepada anaknya. Ini menunjukkan bahwa seorang ayah
harus menentukan kompas jalan hidup sang anak. Nabi saw. adalah contoh
seorang ayah sejati. Perhatiannya kepada sang cucu Hasan Husain adalah
contoh nyata, betapa beliau sangat sayang kepada anaknya. Bahkan pernah
berlama-lama dalam sujudnya, karena sang cucu sedang bermain-main di
atas punggungnya.
Kini banyak kita saksikan seorang
ayah sangat cuek pada anak. Ia beranggapan bahwa mengurus anak adalah
pekerjaan istri. Sikap seperti inilah yang sangat tidak disukai para
wanita.
Kesebelas, Menang Sendiri
Setiap manusia mempunyai perasaan
ingin dihargai pendapatnya. Begitu juga seorang istri. Banyak para istri
tersiksa karena sikap suami yang selalu merasa benar sendiri. Karena
itu Umar bin Khaththab lebih bersikap diam ketika sang istri berbicara.
Ini adalah contoh yang patut ditiru. Umar beranggapan bahwa adalah hak
istri mengungkapkan uneg-unegnya sang suami. Sebab hanya kepada suamilah
ia menemukan tempat mencurahkan isi hatinya. Karena itu seorang suami
hendaklah selalu lapang dadanya. Tidak ada artinya merasa menang di
depan istri. Karena itu sebaik-baik sikap adalah mengalah dan bersikap
perhatian dengan penuh kebapakan. Sebab ketika sang istri ngomel ia
sangat membutuhkan sikap kebapakan seorang suami. Ada pepetah
mengatakan: jadilah air ketika salah satunya menjadi api.
Keduabelas, Jarang Komunikasi
Banyak para istri merasa kesepian
ketika sang suami pergi atau di luar rumah. Sebaik-baik suami adalah
yang selalu mengontak sang istri. Entah dengan cara mengirim SMS atau
menelponnya. Ingat bahwa banyak masalah kecil menjadi besar hanya karena
miskomunikasi. Karena itu sering berkomukasi adalah sangat menentukan
dalam kebahagiaan rumah tangga.
Banyak para istri yang merasa jengkel
karena tidak pernah dikontak oleh suaminya ketika di luar rumah.
Sehingga ia merasa disepelekan atau tidak dibutuhkan. Para istri sangat
suka kepada para suami yang selalu mengontak sekalipun hanya sekedar
menanyakan apa kabarnya.
Ketigabelas, Tidak Rapi dan Tidak Harum
Para istri sangat suka ketika
suaminya selalu berpenampilan rapi. Nabi adalah contoh suami yang selalu
rapi dan harum. Karena itu para istrinya selalu suka dan bangga dengan
Nabi. Ingat bahwa Allah Maha Indah dan sangat menyukai keindahan. Maka
kerapian bagian dari keimanan. Ketika seorang suami rapi, istri bangga
karena orang-orang pasti akan berkesan bahwa sang istri mengurusnya.
Sebaliknya ketika sang suami tidak rapi dan tidak harum, orang-orang
akan berkesan bahwa ia tidak diurus oleh istrinya. Karena itu bagi para
istri kerapian dan keharuman adalah cermin pribadi istri. Sungguh sangat
tersinggung dan tersiksa seorang istri, ketika melihat suaminya
sembarangan dalam penampilannya dan menyebarkan bau yang tidak enak.
Allahu a’lam. [ ]
.::. 13 Sifat Perempuan Yang Tidak Disukai Laki-Laki .::.
dakwatuna.com – Sehingga tidak ada pertanyaan lagi oleh para istri mulai saat ini, tentang sebab mengapa para suami mereka lari dari rumah. Karena salah satu Pusat Kajian di Eropa telah mengadakan survai seputar 20 sifat perempuan yang paling tidak disukai laki-laki. Survai ini diikuti oleh dua ribu (2000) peserta laki-laki dari beragam umur, beragam wawasan dan beragam tingkat pendidikan.
Survai itu menguatkan bahwa ada 13 sifat atau tipe perempuan yang tidak disukai laki-laki:
Pertama, perempuan yang kelaki-lakian, “mustarjalah”
Perempuan tipe ini menempati urutan pertama dari sifat yang paling tidak disukai laki-laki. Padahal banyak perempuan terpandang berkeyakinan bahwa laki-laki mencintai perempuan “yang memiliki sifat perkasa”. Namun survai itu justru sebaliknya, bahwa para peserta survai dari kalangan laki-laki menguatkan bahwa perempuan seperti ini telah hilang sifat kewanitannya secara fitrah. Mereka menilai bahwa perangai itu tidak asli milik perempuan. Seperti sifat penunjukan diri lebih kuat secara fisik, sebagaimana mereka menyaingi laki-laki dalam berbagai bidang kerja, terutama bidang yang semestinya hanya untuk laki-laki… Mereka bersuara lantang menuntut haknya dalam dunia kepemimpinan dan jabatan tinggi! Sebagian besar pemuda yang ikut serta dalam survai ini mengaku tidak suka berhubungan dengan tipe perempuan seperti ini.
Kedua, perempuan yang tidak bisa menahan lisannya, “Tsartsarah”
Tipe perempuan ini menempati urutan kedua dari sifat yang tidak disukai laki-laki, karena perempuan yang banyak omong dan tidak memberi kesempatan orang lain untuk berbicara, menyampaikan pendapatnya, umumnya lebih banyak memaksa dan egois. Karena itu kehidupan rumah tangga terancam tidak bisa bertahan lebih lama, bahkan berubah menjadi “neraka”.
Ketiga, perempuan materialistis, “Maaddiyah”
Adalah tipe perempuan yang orientasi hidupnya hanya kebendaan dan materi. Segala sesuatu dinilai dengan harga dan uang. Tidak suka ada pengganti selain materi, meskipun ia lebih kaya dari suaminya.
Keempat, perempuan pemalas, “muhmalah”
Tipe perempuan ini menempati urutan keempat dari sifat perempuan yang tidak disukai laki-laki.
Kelima, perempuan bodoh, “ghobiyyah”
Yaitu tipe perempuan yang tidak memiliki pendapat, tidak punya ide dan hanya bersikap pasif.
Keenam, perempuan pembohong, “kadzibah”
Tipe perempuan yang tidak bisa dipercaya, suka berbohong, tidak berkata sebenarnya, baik menyangkut masalah serius, besar atau masalah sepele dan remeh. Tipe perempuan ini sangat ditakuti laki-laki, karena tidak ada yang bisa dipercaya lagi dari segala sisinya, dan umumnya berkhianat terhadap suaminya.
Ketujuh, perempuan yang mengaku serba hebat, “mutabahiyah”
Tipe perempuan ini selalu menyangka dirinya paling pintar, ia lebih hebat dibandingkan dengan lainnya, dibandingkan suaminya, anaknya, di tempat kerjanya, dan kedudukan materi lainnya…
Kedelapan, perempuan sok jagoan, tidak mau kalah dengan suaminya
Tipe perempuan yang selalu menunjukkan kekuatan fisiknya setiap saat.
Kesembilan, perempuan yang iri dengan perempuan lainnya.
Adalah tipe perempuan yang selalu menjelekkan perempuan lain.
Kesepuluh, perempuan murahan, “mubtadzilah”
Tipe perempuan pasaran yang mengumbar omongannya, perilakunya, menggadaikan kehormatan dan kepribadiannya di tengah-tengah masyarakat.
Kesebelas, perempuan yang perasa, “syadidah hasasiyyah”
Tipe perempuan seperti ini banyak menangis yang mengakibatkan laki-laki terpukul dan terpengaruh semenjak awal. Suami menjadi masyghul dengan sikap cengengnya.
Keduabelas, perempuan pencemburu yang berlebihan, “ghayyur gira zaidah”
Sehingga menyebabkan kehidupan suaminya terperangkap dalam perselisihan, persengketaan tak berkesudahan.
Ketigabelas, perempuan fanatis, “mumillah”
Model perempuan yang tidak mau menerima perubahan, nasehat dan masukan meskipun itu benar dan ia membutuhkannya. Ia tidak mau menerima perubahan dari suaminya atau anak-anaknya, baik dalam urusan pribadi atau urusan rumah tangganya secara umum. Model seperti ini memiliki kemampuan untuk nerimo dengan satu kata, satu cara, setiap harinya selama tiga puluh tahun, tanpa ada rasa jenuh!
Ketika Laki-Laki Memilih
Dari hasil survai di Eropa itu, dikomparasikan dengan pendapat banyak kalangan dari para pemuda, para suami seputar hasil survai itu, maka bisa kita lihat pendapatnya sebagai berikut:
Sebut saja namanya Muhammad Yunus (36) tahun, menikah semenjak sebelas tahun, ia berkomentar:
“Saya sepakat dengan hasil survai itu. Terutama sifat “banyak omong dan malas”. Tidak ada sifat yang lebih jelek dari perilaku mengumbar omongan, tidak bisa menahan lisan, siang-malam dalam setiap perbincangan, baik berbincangan serius atau canda, menjadikan suaminya dalam kondisi sempit, dan marah, apalagi suaminya telah menjalankan pekerjaan berat di luar, di mana ia membutuhkan ketenangan dan kejernihan pikiran di rumah.
Saya baru mengetahui dari rekan saya yang memiliki istri model ini, tidak bisa menahan lisannya di setiap pembicaraan, setiap waktu dan dengan semua orang. Suaminya telah menasehatinya berulang kali, agar bisa menahan omongan, namun ia tidak menggubris nasehatnya sehingga berakhir dengan perceraian.
Pada umumnya model istri yang banyak omong, itu lebih pemalas di rumahnya. Bagaimana ia menggunakan waktu yang cukup untuk mengurus rumah tangga dan anak-anaknya, sedangkan ia sibuk ngobrol dengan para tetangga dan teman?!”
Jamil Abdul Hadi, sebut saja namanya begitu, insinyur berumur 34 tahun, menikah semenjak 9 tahun, ia berkomentar:
“Tidak ada yang lebih buruk dari model perempuan yang materialistis, selalu menuntut setiap saat, meskipun suaminya menuruti permintaannya, ia terus meminta dan menuntut!!
Tipe perempuan ini, sayangnya tidak mudah menerima perubahan menuju lebih baik, tidak gampang menyesuaikan diri dalam kehidupan apa adanya. Boleh jadi kondisi demikian berangkat dari asuhan semenjak kecilnya. Saya tidak diuji Allah dengan model perempuan seperti ini, namun justru saya diuji dengan istri perasa dan cengeng.”
Dengan tertawa Mahmud as Sayyid menerima hasil survai ini, ia berkomentar:
“Demi Allah, sungguh menarik ada lembaga atau Pusat Study yang menggelar survai dengan pembahasan seputar ini. Survai ini meskipun memiki cara pandang dan penilaian yang berbeda-beda, namun terungkap bahwa cara pandang itu satu sama lain tidak saling bertentangan…”
Lain lagi dengan Mahmud, sebut saja begitu. Belum menikah, mahasiswa di universitas. Ia berujar tentang mimpinya, yaitu istri yang akan mendampinginya, ia mengharap:
“Pasti saya menginginkan tidak mendapatkan istri yang memiliki tipe sebagaimana hasil survai di atas. Tetapi mengingat tidak ada istri yang “sempurna”, karena itu saya masih mungkin menerima tipe perempuan di atas kecuali tipe perempuan pembohong. Istri pembohong akan lebih mudah mengkhianati, tidak menghormati hubungan suami-istri, tidak memelihara amanah, tidak bisa dipercaya. Setiap orang pada umumnya tidak menyenangi sifat bohong, baik laki-laki maupun perempuan itu sendiri. Karena akan berdampak negative pada anak-anaknya, karena anak-anak akan meniru dirinya!!”
Ketika ia ditanya tentang tipe perempuan “kelaki-lakian”. Perempuan yang menyerupai laki-laki dalam segala hal dan menyanginya dalam segala hal. Ia berkomentar:
“Tidak masalah berhubungan dengan istri tipe seperti ini, selagi sifat “kelaki-lakian” tidak mengalahkan dan mengibiri sifat aslinya. Selagi ia masih mengemban kerja dan tugas yang sesuai dengan tabiat perempuan, seperti nikah, mengandung, menyusui dan lainnya.”
“Perempuan “kuat” menurut saya akan mengetahui bagaimana ia mengurus kebutuhan dirinya, mengarahkan dan mengatur keluarga dan anak-anaknya. Akan tetapi segala sesuatu ada batasnya yang tidak boleh diterjangnya. Sebagaimana seorang perempuan tidak suka terhadap laki-laki yang “banci”, seperti berbicara dan berperilaku layaknya perempuan. Sebagaimana juga laki-laki tidak suka terhadap perempuan yang mengedepankan sifat kelaki-lakian… segala sesuatu ada batas ma’kulnya. Jika melampaui batas sewajarnya, yang terjadi adalah dampak negatif.
Tidak ada seorang istri yang “sempurna”. Dan memang ada berbedaan cara penilaian dan cara pandang antara laki-laki satu dengan laki-laki lain. Namun ada kaidah umum yang disepakati oleh samua. Yaitu menolak sikap bohong, penipu, sebagaimana yang disebutkan sebelumnya.”
Semoga tulisan ini menambah informasi dan pengalaman buat para istri dan calon istri. Dan tentunya bermanfaat bagi laki-laki, sehingga para suami mampu bermuasyarah atau berhubungan dengan istri-istrinya dengan cara makruf, sebagaimana yang digariskan dalam Al-Qur’an. Allah swt berfirman:
“Dan bergaullah dengan mereka (istri-istrimu) secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Qs. An-Nisa’: 19)
Dan karena perempuan “syaqaiqur rijal” saudara kembar laki-laki, yang seharusnya saling mengisi dan menyempurnakan, untuk membangun “baiti jannati” sehingga keduanya mampu bersinergi untuk mewujudkan citanya itu dalam pengembaraan kehidupan ini. Allahu a’lam.
.::. 13 Hal Yang Disukai Pria Dari Wanita .::.
Cinta adalah fitrah manusia. Cinta juga salah satu bentuk
kesempurnaan penciptaan yang Allah berikan kepada manusia. Allah
menghiasi hati manusia dengan perasaan cinta pada banyak hal. Salah
satunya cinta seorang lelaki kepada seorang wanita, demikian juga
sebaliknya.
Rasa cinta bisa menjadi anugerah jika luapkan sesuai dengan bingkai
nilai-nilai ilahiyah. Namun, perasaan cinta dapat membawa manusia ke
jurang kenistaan bila diumbar demi kesenangan semata dan dikendalikan
nafsu liar.
Islam sebagai syariat yang sempurna, memberi koridor bagi penyaluran
fitrah ini. Apalagi cinta yang kuat adalah salah satu energi yang bisa
melanggengkan hubungan seorang pria dan wanita dalam mengarungi
kehidupan rumah tangga. Karena itu, seorang pria shalih tidak asal dapat
dalam memilih wanita untuk dijadikan pendamping hidupnya.
Ada banyak faktor yang bisa menjadi sebab munculnya rasa cinta
seorang pria kepada wanita untuk diperistri. Setidak-tidaknya seperti di
bawah ini.
1. Karena akidahnya yang Shahih
Keluarga adalah salah satu benteng akidah. Sebagai benteng akidah,
keluarga harus benar-benar kokoh dan tidak bisa ditembus. Jika rapuh,
maka rusaklah segala-galanya dan seluruh anggota keluarga tidak mungkin
selamat dunia-akhirat. Dan faktor penting yang bisa membantu seorang
lelaki menjaga kekokohan benteng rumah tangganya adalah istri shalihah
yang berakidah shahih serta paham betul akan peran dan fungsinya sebagai
madrasah bagi calon pemimpin umat generasi mendatang.
Allah menekankah hal ini dalam firmanNya, “Dan janganlah kamu
menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya
wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia
menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik
(dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak
yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu.
Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan
dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil
pelajaran.” (Al-Baqarah: 221)
2. Karena paham agama dan mengamalkannya
Ada banyak hal yang membuat seorang lelaki mencintai wanita. Ada yang
karena kemolekannya semata. Ada juga karena status sosialnya. Tidak
sedikit lelaki menikahi wanita karena wanita itu kaya. Tapi, kata
Rasulullah yang beruntung adalah lelaki yang mendapatkan wanita yang
faqih dalam urusan agamanya. Itulah wanita dambaan yang lelaki shalih.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “Wanita dinikahi karena
empat perkara: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan
agamanya. Maka, ambillah wanita yang memiliki agama (wanita shalihah),
kamu akan beruntung.” (Bukhari dan Muslim)
Rasulullah saw. juga menegaskan, “Dunia adalah perhiasan, dan
perhiasan dunia yang paling baik adalah wanita yang shalihah.” (Muslim,
Ibnu Majah, dan Nasa’i).
Jadi, hanya lelaki yang tidak berakal yang tidak mencintai wanita shalihah.
3. Dari keturunan yang baik
Rasulullah saw. mewanti-wanti kaum lelaki yang shalih untuk tidak
asal menikahi wanita. “Jauhilah rumput hijau sampah!” Mereka bertanya,
“Apakah rumput hijau sampah itu, ya Rasulullah?” Nabi menjawab, “Wanita
yang baik tetapi tinggal di tempat yang buruk.” (Daruquthni, Askari, dan
Ibnu ‘Adi)
Karena itu Rasulullah saw. memberi tuntunan kepada kaum lelaki yang
beriman untuk selektif dalam mencari istri. Bukan saja harus mencari
wanita yang tinggal di tempat yang baik, tapi juga yang punya paman dan
saudara-saudara yang baik kualitasnya. “Pilihlah yang terbaik untuk
nutfah-nutfah kalian, dan nikahilah orang-orang yang sepadan
(wanita-wanita) dan nikahilah (wanita-wanitamu) kepada mereka (laki-laki
yang sepadan),” kata Rasulullah. (Ibnu Majah, Daruquthni, Hakim, dan
Baihaqi).
“Carilah tempat-tempat yang cukup baik untuk benih kamu, karena
seorang lelaki itu mungkin menyerupai paman-pamannya,” begitu perintah
Rasulullah saw. lagi. “Nikahilah di dalam “kamar” yang shalih, karena
perangai orang tua (keturunan) itu menurun kepada anak.” (Ibnu ‘Adi)
Karena itu, Utsman bin Abi Al-’Ash Ats-Tsaqafi menasihati
anak-anaknya agar memilih benih yang baik dan menghindari keturunan yang
jelek. “Wahai anakku, orang menikah itu laksana orang menanam. Karena
itu hendaklah seseorang melihat dulu tempat penanamannya. Keturunan yang
jelek itu jarang sekali melahirkan (anak), maka pilihlah yang baik
meskipun agak lama.”
4. Masih gadis
Siapapun tahu, gadis yang belum pernah dinikahi masih punya
sifat-sifat alami seorang wanita. Penuh rasa malu, manis dalam berbahasa
dan bertutur, manja, takut berbuat khianat, dan tidak pernah ada ikatan
perasaan dalam hatinya. Cinta dari seorang gadis lebih murni karena
tidak pernah dibagi dengan orang lain, kecuali suaminya.
Karena itu, Rasulullah saw. menganjurkan menikah dengan gadis.
“Hendaklah kalian menikah dengan gadis, karena mereka lebih manis tutur
katanya, lebih mudah mempunyai keturunan, lebih sedikit kamarnya dan
lebih mudah menerima yang sedikit,” begitu sabda Rasulullah yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Baihaqi.
Tentang hal ini A’isyah pernah menanyakan langsung ke Rasulullah saw.
“Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika engkau turun di sebuah lembah
lalu pada lembah itu ada pohon yang belum pernah digembalai, dan ada
pula pohon yang sudah pernah digembalai; di manakah engkau akan
menggembalakan untamu?” Nabi menjawab, “Pada yang belum pernah
digembalai.” Lalu A’isyah berkata, “Itulah aku.”
Menikahi gadis perawan akan melahirkan cinta yang kuat dan
mengukuhkan pertahanan dan kesucian. Namun, dalam kondisi tertentu
menikahi janda kadang lebih baik daripada menikahi seorang gadis. Ini
terjadi pada kasus seorang sahabat bernama Jabir.
Rasulullah saw. sepulang dari Perang Dzat al-Riqa bertanya Jabir, “Ya
Jabir, apakah engkau sudah menikah?” Jabir menjawab, “Sudah, ya
Rasulullah.” Beliau bertanya, “Janda atau perawan?” Jabir menjawab,
“Janda.” Beliau bersabda, “Kenapa tidak gadis yang engkau dapat saling
mesra bersamanya?” Jabir menjawab, “Ya Rasulullah, sesungguhnya ayahku
telah gugur di medan Uhud dan meninggalkan tujuh anak perempuan. Karena
itu aku menikahi wanita yang dapat mengurus mereka.” Nabi bersabda,
“Engkau benar, insya Allah.”
5. Sehat jasmani dan penyayang
Sahabat Ma’qal bin Yasar berkata, “Seorang lelaki datang menghadap
Nabi saw. seraya berkata, “Sesungguhnya aku mendapati seorang wanita
yang baik dan cantik, namun ia tidak bisa melahirkan. Apa sebaiknya aku
menikahinya?” Beliau menjawab, “Jangan.” Selanjutnya ia pun menghadap
Nabi saw. untuk kedua kalinya, dan ternyata Nabi saw. tetap mencegahnya.
Kemudian ia pun datang untuk ketiga kalinya, lalu Nabi saw. bersabda,
“Nikahilah wanita yang banyak anak, karena sesungguhnya aku akan
membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat lain.” (Abu
Dawud dan Nasa’i).
Karena itu, Rasulullah menegaskan, “Nikahilah wanita-wanita yang
subur dan penyayang. Karena sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya
kalian dari umat lain.” (Abu Daud dan An-Nasa’i)
6. Berakhlak mulia
Abu Hasan Al-Mawardi dalam Kitab Nasihat Al-Muluk mengutip perkataan
Umar bin Khattab tentang memilih istri baik merupakan hak anak atas
ayahnya, “Hak seorang anak yang pertama-tama adalah mendapatkan seorang
ibu yang sesuai dengan pilihannya, memilih wanita yang akan
melahirkannya. Yaitu seorang wanita yang mempunyai kecantikan, mulia,
beragama, menjaga kesuciannya, pandai mengatur urusan rumah tangga,
berakhlak mulia, mempunyai mentalitas yang baik dan sempurna serta
mematuhi suaminya dalam segala keadaan.”
7. Lemah-lembut
Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari A’isyah r.a. bahwa Rasulullah
saw. bersabda, “Wahai A’isyah, bersikap lemah lembutlah, karena
sesungguhnya Allah itu jika menghendaki kebaikan kepada sebuah keluarga,
maka Allah menunjukkan mereka kepada sifat lembah lembut ini.” Dalam
riwayat lain disebutkan, “Jika Allah menghendaki suatu kebaikan pada
sebuah keluarga, maka Allah memasukkan sifat lemah lembut ke dalam diri
mereka.”
8. Menyejukkan pandangan
Rasulullah saw. bersabda, “Tidakkah mau aku kabarkan kepada kalian
tentang sesuatu yang paling baik dari seorang wanita? (Yaitu) wanita
shalihah adalah wanita yang jika dilihat oleh suaminya menyenangkan,
jika diperintah ia mentaatinya, dan jika suaminya meninggalkannya ia
menjaga diri dan harta suaminya.” (Abu daud dan An-Nasa’i)
“Sesungguhnya sebaik-baik wanitamu adalah yang beranak, besar
cintanya, pemegang rahasia, berjiwa tegar terhadap keluarganya, patuh
terhadap suaminya, pesolek bagi suaminya, menjaga diri terhadap lelaki
lain, taat kepada ucapan dan perintah suaminya dan bila berdua dengan
suami dia pasrahkan dirinya kepada kehendak suaminya serta tidak berlaku
seolah seperti lelaki terhadap suaminya,” begitu kata Rasulullah saw.
lagi.
Maka tak heran jika Asma’ binti Kharijah mewasiatkan beberapa hal
kepada putrinya yang hendak menikah. “Engkau akan keluar dari kehidupan
yang di dalamnya tidak terdapat keturunan. Engkau akan pergi ke tempat
tidur, di mana kami tidak mengenalinya dan teman yang belum tentu
menyayangimu. Jadilah kamu seperti bumi bagi suamimu, maka ia laksana
langit. Jadilah kamu seperti tanah yang datar baginya, maka ia akan
menjadi penyangga bagimu. Jadilah kamu di hadapannya seperti budah
perempuan, maka ia akan menjadi seorang hamba bagimu. Janganlah kamu
menutupi diri darinya, akibatnya ia bisa melemparmu. Jangan pula kamu
menjauhinya yang bisa mengakibatkan ia melupakanmu. Jika ia mendekat
kepadamu, maka kamu harus lebih mengakrabinya. Jika ia menjauh, maka
hendaklah kamu menjauh darinya. Janganlah kami menilainya kecuali dalam
hal-hal yang baik saja. Dan janganlah kamu mendengarkannya kecuali kamu
menyimak dengan baik dan jangan kamu melihatnya kecuali dengan pandangan
yang menyejukan.”
9. Realistis dalam menuntut hak dan melaksanakan kewajiban
Salah satu sifat terpuji seorang wanita yang patut dicintai seorang
lelaki shalih adalah qana’ah. Bukan saja qana’ah atas segala ketentuan
yang Allah tetapkan dalam Al-Qur’an, tetapi juga qana’ah dalam menerima
pemberian suami. “Sebaik-baik istri adalah apabila diberi, dia
bersyukur; dan bila tak diberi, dia bersabar. Engkau senang bisa
memandangnya dan dia taat bila engkau menyuruhnya.” Karena itu tak heran
jika acapkali melepas suaminya di depan pintu untuk pergi mencari
rezeki, mereka berkata, “Jangan engkau mencari nafkah dari barang yang
haram, karena kami masih sanggup menahan lapar, tapi kami tidak sanggup
menahan panasnya api jahanam.”
Kata Rasulullah, “Istri yang paling berkah adalah yang paling sedikit
biayanya.” (Ahmad, Al-Hakim, dan Baihaqi dari A’isyah r.a.)
Tapi, “Para wanita mempunyai hak sebagaimana mereka mempunyai
kewajiban menurut kepantasan dan kewajaran,” begitu firman Allah swt. di
surah Al-Baqarah ayat 228. Pelayanan yang diberikan seorang istri
sebanding dengan jaminan dan nafkah yang diberikan suaminya. Ini
perintah Allah kepada para suami, “Berilah tempat tinggal bagi
perempuan-perempuan seperti yang kau tempati. Jangan kamu sakiti mereka
dengan maksud menekan.” (At-Thalaq: 6)
10. Menolong suami dan mendorong keluarga untuk bertakwa
Istri yang shalihah adalah harta simpanan yang sesungguhnya yang bisa
kita jadikan tabungan di dunia dan akhirat. Iman Tirmidzi meriwayatkan
bahwa sahabat Tsauban mengatakan, “Ketika turun ayat ‘walladzina
yaknizuna… (orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak
menafkahkannya di jalan Allah), kami sedang bersama Rasulullah saw.
dalam suatu perjalanan. Lalu, sebagian dari sahabat berkata, “Ayat ini
turun mengenai emas dan perak. Andaikan kami tahu ada harta yang lebih
baik, tentu akan kami ambil”. Rasulullah saw. kemudian bersabda, “Yang
lebih utama lagi adalah lidah yang berdzikir, hati yang bersyukur, dan
istri shalihah yang akan membantu seorang mukmin untuk memelihara
keimanannya.”
11. Mengerti kelebihan dan kekurangan suaminya
Nailah binti Al-Fafishah Al-Kalbiyah adalah seorang gadis muda yang
dinikahkan keluarganya dengan Utsman bin Affan yang berusia sekitar 80
tahun. Ketika itu Utsman bertanya, “Apakah kamu senang dengan ketuaanku
ini?” “Saya adalah wanita yang menyukai lelaki dengan ketuaannya,” jawab
Nailah. “Tapi ketuaanku ini terlalu renta.” Nailah menjawab, “Engkau
telah habiskan masa mudamu bersama Rasulullah saw. dan itu lebih aku
sukai dari segala-galanya.”
12. Pandai bersyukur kepada suami
Rasulullah saw. bersabda, “Allah tidak akan melihat kepada seorang
istri yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada suaminya, sedang ia
sangat membutuhkannya.” (An-Nasa’i).
13. Cerdas dan bijak dalam menyampaikan pendapat
Siapa yang tidak suka dengan wanita bijak seperti Ummu Salamah?
Setelah Perjanjian Hudhaibiyah ditandatangani, Rasulullah saw.
memerintahkan para sahabat untuk bertahallul, menyembelih kambing, dan
bercukur, lalu menyiapkan onta untuk kembali pulang ke Madinah. Tetapi,
para sabahat tidak merespon perintah itu karena kecewa dengan isi
perjanjian yang sepertinya merugikan pihak kaum muslimin.
Rasulullah saw. menemui Ummu Salamah dan berkata, “Orang Islam telah
rusak, wahai Ummu Salamah. Aku memerintahkan mereka, tetapi mereka tidak
mau mengikuti.”
Dengan kecerdasan dalam menganalisis kejadian, Ummu Salamah
mengungkapkan pendapatnya dengan fasih dan bijak, “Ya Rasulullah, di
hadapan mereka Rasul merupakan contoh dan teladan yang baik. Keluarlah
Rasul, temui mereka, sembelihlah kambing, dan bercukurlah. Aku tidak
ragu bahwa mereka akan mengikuti Rasul dan meniru apa yang Rasul
kerjakan.”
Subhanallah, Ummu Salamah benar. Rasulullah keluar, bercukur,
menyembelih kambing, dan melepas baju ihram. Para sahabat meniru apa
yang Rasulullah kerjakan. Inilah berkah dari wanita cerdas lagi bijak
dalam menyampaikan pendapat. Wanita seperti inilah yang patut mendapat
cinta dari seorang lelaki yang shalih.[ ]
dari: www.dakwatuna.com
“Mutiara Hikmah“
…Akhwat Sejati…
Akhwat sejati tidak dilihat dari jilbabnya yang anggun,
tetapi dilihat dari kedewasaannya dalam bersikap.
tetapi dilihat dari kedewasaannya dalam bersikap.
Akhwat sejati tidak dilihat dari retorikanya ketika aksi,
tetapi dilihat dari kebijaksanaannya dalam mengambil keputusan.
tetapi dilihat dari kebijaksanaannya dalam mengambil keputusan.
Akhwat sejati tidak dilihat dari banyaknya ia berorganisasi,
tetapi sebesar apa tanggung jawabnya dalam menjalankan amanah.
tetapi sebesar apa tanggung jawabnya dalam menjalankan amanah.
Akhwat sejati tidak dilihat dari kehadirannya dalam syuro’,
tetapi dilihat dari kontribusinya dalam mencari solusi dari suatu permasalahan.
tetapi dilihat dari kontribusinya dalam mencari solusi dari suatu permasalahan.
Akhwat sejati tidak dilihat dari tasnya yang selalu membawa Al – Qur’an,
tetapi dilihat dari hafalan dan pemahamannya akan kandungan Al – Qur’an tersebut.
tetapi dilihat dari hafalan dan pemahamannya akan kandungan Al – Qur’an tersebut.
Akhwat sejati tidak dilihat dari aktivitasnya yang seabrek,
tetapi bagaimana ia mampu mengoptimalisasi waktu dengan baik.
tetapi bagaimana ia mampu mengoptimalisasi waktu dengan baik.
Akhwat sejati tidak dilihat dari IP-nya yang cumlaude,
tetapi bagaimana ia mengajarkan ilmunya pada umat.
tetapi bagaimana ia mengajarkan ilmunya pada umat.
Akhwat sejati tidak dilihat dari tundukan matanya ketika interaksi,
tetapi bagaimana ia mampu membentengi hati.
tetapi bagaimana ia mampu membentengi hati.
Akhwat sejati tidak dilihat dari partisipasinya dalam menjalankan kegiatan,
tetapi dilihat dari keikhlasannya dalam bekerja.
tetapi dilihat dari keikhlasannya dalam bekerja.
Akhwat sejati tidak dilihat dari sholatnya yang lama,
tetapi dilihat dari kedekatannya pada Robb di luar aktivitas sholatnya.
tetapi dilihat dari kedekatannya pada Robb di luar aktivitas sholatnya.
Akhwat sejati tidak dilihat kasih sayangnya pada orang tua dan teman – teman,
tetapi dilihat dari besarnya kekuatan cinta pada Ar – Rahman Ar – Rahiim.
tetapi dilihat dari besarnya kekuatan cinta pada Ar – Rahman Ar – Rahiim.
Akhwat sejati tidak dilihat dari rutinitas dhuha dan tahajjudnya,
tetapi sebanyak apa tetesan air mata penyesalan yang jatuh ketika
sujud.
Seorang akhwat sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya, tetapi dilihat dari kecantikan hati yang ada di baliknya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang mempesona,
tetapi dilihat dari sejauh mana ia menutupi bentuk tubuhnya.
tetapi dilihat dari sejauh mana ia menutupi bentuk tubuhnya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari begitu banyaknya kebaikan yang ia berikan,
tetapi dari keikhlasan ia memberikan kebaikan itu.
tetapi dari keikhlasan ia memberikan kebaikan itu.
Akhwat sejati bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya,
tetapi dilihat dari apa yang sering mulutnya bicarakan.
tetapi dilihat dari apa yang sering mulutnya bicarakan.
Akhwat sejati bukan dilihat dari keahliannya berbahasa,
tetapi dilihat dari bagaimana caranya ia berbicara.
tetapi dilihat dari bagaimana caranya ia berbicara.
Akhwat sejati bukan dilihat dari keberaniannya dalam berpakaian,
tetapi dilihat dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya.
tetapi dilihat dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di jalan,
tetapi dilihat dari Kekhawatiran dirinyalah yang mengundang orang jadi tergoda.
tetapi dilihat dari Kekhawatiran dirinyalah yang mengundang orang jadi tergoda.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian yang ia jalani,
tetapi dilihat dari sejauh mana ia menghadapi ujian itu dengan penuh rasa syukur.
tetapi dilihat dari sejauh mana ia menghadapi ujian itu dengan penuh rasa syukur.
Dan ingatlah …
Akhwat sejati bukan dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul,
tetapi dilihat dari sejauh mana ia bisa menjaga kehormatan dirinya dalam bergaul.
Akhwat sejati bukan dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul,
tetapi dilihat dari sejauh mana ia bisa menjaga kehormatan dirinya dalam bergaul.
Sumber : Dari sebuah artikel.
Jumat, 25 November 2011
Pacaran Versus Ta’aruf
“Yang paling utama dan paling agung adalah cinta karena Allah dan bagi Allah, Cinta mengharuskan cinta terhadap apa yang dicintai Allah, mengharuskan cinta kepada Allah dan Rasulnya. Ada pula cinta karena ada kesamaan jalan, madzhab/harokah/firqah, kerabat, keahlian, tujuan dan lain seabagainya. Ada pula cinta untuk mendapatkan tujuan tertentu dari orang yang dicintai, entah kedudukan, harta, tuntunan, atau pengajarannya. Yang demikian itu merupakan cinta yang hanya tampak di permukaan, yang terlalu cepat sirna karena sirnanya sebab.” (Zaadul Ma’ad; Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah hal 321)
Dan Allah telah berfirman:
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)
“Tidaklah aku meninggalkan fitnah sepeninggalku yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki yaitu fitnah (godaan) wanita.” (HR. Bukhori dan Muslim, dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma)
Pembahasan ini terkait dengan pendekatan sebelum pernikahan,di pembahasan sebelumnya Pacaran adalah perbuatan yang di haramkan dengan melihat fakta dilapangan, yaitu berdua-duan dalam satu tempat, saling pandang memandang, dan adanya interaksi sentuh menyentuh, dll. Yang semuanya adalah dilarang/Haram oleh agama. Hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini mewakili hal yang tidak diperbolehkan tersebut :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Telah ditulis bagi setiap Bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia akan melakukannya, kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lidah(lisan) zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah, sementara kalbu berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluan lah yang membenarkan atau mendustakan.”(HR. Bukhori dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa memandang wanita yang tidak halal untuk dipandang meskipun tanpa syahwat adalah zina mata . Mendengar ucapan wanita (selain istri) dalam bentuk menikmati adalah zina telinga. Berbicara dengan wanita (selain istrinya) dalam bentuk menikmati atau menggoda dan merayunya adalah zina lisan. Menyentuh wanita yang tidak dihalalkan untuk disentuh baik dengan memegang atau yang lainnya adalah zina tangan. Mengayunkan langkah menuju wanita yang menarik hatinya atau menuju tempat perzinaan adalah zina kaki. Sementara kalbu berkeinginan dan mengangan-angankan wanita yang memikatnya, maka itulah zina kalbu. Kemudian boleh jadi kemaluannya mengikuti dengan melakukan perzinaan yang berarti kemaluannya telah membenarkan; atau dia selamat dari zina kemaluan yang berarti kemaluannya telah mendustakan. (Syarh Riyadhus Shalihin An-Nawawi; Syaikh Shalih Al-Utsaimin, hadits no. 1619)
Pacaran sendiri adalah budaya dan peradaban jahiliah yang dilestarikan oleh orang-orang kafir di negeri Barat dan lainnya, kemudian diikuti oleh sebagian umat Islam (kecuali orang-orang yang dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala),
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Barang siapa meniru suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa hadits di atas menetapkan haramnya meniru mereka (golongan kaum musyrik dan kafir). Barang siapa yang meniru perbuatan golongan lain (selain Islam) yang menjadi ciri golongan tersebut, maka perbuatan semacam itu dilarang/Haram. (Mukhtarat min Kitab Iqtidha’ Ash-Sirathal Mustaqim Mukhalafatu Ash-habil Jahim; Ibnu Taimiyah)
Dalam pacaran tidak ada aturan yang jelas, kalaupun ada aturan yang ditentukan kedua belah pihak(orang yg berpacaran) maka aturan itu tidak ada jaminan untuk tidak melanggar Syari’at, dan juga menjadi jalan tersubur bagi pembuka perbuatan Zina yang telah dijelaskan di atas. Itu dikarenakan sifat pacaran yang tidak memiliki tata aturan yang baku alias tergantung kesepakatan kedua belah pihak (orang yang berpacaran), berbeda dengan Ta’aruf dia memiliki tata cara dan batasan yang telah ditentukan oleh Syari’at sehingga ada jaminan orang yang melakukan ini (Ta’aruf) terhindar dari perbuatan dosa.
Pacaran juga sesuatu yang buruk dilihat dari tujuaannya dimana banyak yang pacaran hanya dengan tujuan untuk senang-senang saja, atau untuk bermain-main, yang intinya tidak ada jaminan untuk serius dalam mengekspresikan Cinta yang Agung yaitu menikah. Sedangkan Ta’aruf sendiri tujuannya adalah untuk serius untuk mengenal calon istri yang didasari niat Ibadah yaitu jalan untuk Menikah. Saya jadi pengen bilang kalau benar-benar Cinta kenapa tidak Ta’aruf dan dilanjutkan menikah??Gitu aja kok Repot,hehe….
Adapun cara yang ditunjukkan oleh syariat untuk mengenal (Ta’aruf) dengan wanita yang hendak dilamar adalah dengan mencari keterangan tentang yang bersangkutan melalui seseorang yang mengenalnya atau dari wanita itu sendiri, dengan melihat kriteria wanita tersebut sebagaiman Hadits dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
Wanita dinikahi karena empat faktor, yakni karena harta kekayaannya, karena kedudukannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Hendaklah memilih wanita yang taat beragama, maka engkau akan berbahagia. (HR. Bukhori dan Muslim)
“Menikahlah dengan orang yang berpotensi memiliki keturunan dan yang senantiasa mencurahkan mawaddah (cinta) kasih kepadamu ” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)
Dan juga hal-hal lain seperti mengetahui biografi (riwayat hidup), karakter, sifat, atau hal lainnya yang dibutuhkan dan diketahui demi baiknya pernikahan. Bisa pula dengan cara meminta keterangan kepada wanita itu sendiri melalui perantaraan seseorang seperti istri teman atau saudara kandung dari wanita tersebut, atau tetangga si wanita ataupun pihak-pihak lain yang dapat member penjelasan. Dan pihak yang dimintai keterangan berkewajiban untuk menjawab se-obyektif mungkin, meskipun harus membuka aib wanita tersebut karena ini bukan termasuk dalam kategori ghibah yang tercela. Hal ini termasuk dari enam perkara yang dikecualikan dari ghibah, meskipun menyebutkan aib seseorang. Demikian pula sebaliknya dengan pihak wanita yang berkepentingan untuk mengenal lelaki yang berhasrat untuk meminangnya, dapat menempuh cara yang sama seperti diatas.
Dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits dari Fathimah bintu Qais ketika dilamar oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan Abu Jahm, lalu dia minta nasehat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka beliau bersabda:
“Adapun Abu Jahm, maka dia adalah lelaki yang tidak pernah meletakkan tongkatnya dari pundaknya . Adapun Mu’awiyah, dia adalah lelaki miskin yang tidak memiliki harta. Menikahlah dengan Usamah bin Zaid.” (HR. Muslim)
Selain itu juga sebelum meminang seorang wanita, laki-laki disunahkan untuk melihatnya untuk mengetahui sendiri keadaan fisik dari wanita yang akan dipinag. Sebagaimana 2 Hadits dibawah ini:
Abu Hurairah mengatakan:”Saya pernah di tempat kediaman Nabi, kemudian tiba-tiba ada seorang laki-laki datang memberitahu, bahwa dia akan kawin dengan seorang perempuan dari Anshar, maka Nabi bertanya: Sudahkah kau lihat dia? Ia mengatakan: Belum! Kemudian Nabi mengatakan: Pergilah dan lihatlah dia, karena dalam mata orang-orang Anshar itu ada sesuatu.” (HR. Muslim)
Mughirah bin Syu’bah meriwayatkan, bahwa dia pernah meminang seorang perempuan. Kemudian Nabi s.a.w. mengatakan kepadanya:
“Lihatlah dia! Karena melihat itu lebih dapat menjamin untuk mengekalkan kamu berdua.”
Kemudian Mughirah pergi kepada dua orang tua perempuan tersebut, dan memberitahukan apa yang diomongkan di atas, tetapi tampaknya kedua orang tuanya itu tidak suka. Si perempuan tersebut mendengar dari dalam biliknya, kemudian ia mengatakan: Kalau Rasulullah menyuruh kamu supaya melihat aku, maka lihatlah. Kata Mughirah: Saya lantas melihatnya dan kemudian mengawininya. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Tirmidzi dan ad-Darimi).
Dalam hadis ini Rasulullah tidak menentukan batas ukuran yang boleh dilihat, baik kepada Mughirah maupun kepada lain-lainnya. Justru itu sebagian ulama ada yang berpendapat: yang boleh dilihat yaitu muka dan dua telapak tangan, tetapi muka dan dua telapak tangan yang boleh dilihat itu tidak ada syahwat pada waktu tidak bermaksud meminang. Dan selama peminangan itu dikecualikan yaitu dibolehkan hal yang dilarang tadi, maka sudah seharusnya si laki-laki tersebut boleh melihat lebih banyak dari hal-hal yang biasa. Dalam hal ini Rasulullah s.a.w. pernah bersabda dalam salah satu hadisnya sebagai berikut:
“Apabila salah seorang di antara kamu hendak meminang seorang perempuan, kemudian dia dapat melihat sebahagian apa yang kiranya dapat menarik untuk mengawininya, maka kerjakanlah.” (HR. Abu Daud dan di Sahihkan oleh Al-Hakim)
“Sementara ulama ada yang sangat ekstrim dalam memberikan kebebasan batas yang boleh dilihat, dan sementara ada juga yang ekstrim dengan mempersempit dan keras. Tetapi yang lebih baik ialah tengah-tengah. Justru itu sebagian ahli penyelidik memberikan batas, bahwa seorang laki-laki di zaman kita sekarang ini boleh melihat perempuan yang hendak dipinang dengan berpakaian yang boleh dilihat oleh ayah dan mahram-mahramnya yang lain yaitu dengan boleh melihat wanita itu dalam keadaan melepas jilbabnya.”(Halal-Haram; Syaikh Yusuf Al-Qardhawi)
Dan dalam ta’aruf seseorang tidak diperbolehkan berpergian hanya berdua saja, kecuali ada mahram dari si wanita yang menemani. Ini adalah larangan terkait berkhalwat(berdua-duan) sebagaimana hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam;
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan. ” (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad)
Maka perbedaannya (Pacaran dan Ta’aruf) adalah terkait niat, dan batasannya. Pacaran Niatnya kebanyakan adalah untuk main-main atau kata lain gak ada niat Ibadahnya, sedangkan Ta’aruf niatnya memang untuk Ibadah (menikah karena cinta kepada Allah). Pacaran tidak ada batasan yang jelas, sedangkan Ta’aruf ada batasan untuk tidak boleh berkhalwat (Berdua-duan tanpa di dampingi mahram, baik di rumah ataupun ketika pergi jalan-jalan keluar).
Wallah a‘lam bi ash-shawab
Jumat, 18 November 2011
Mario Stevano Aditya Haling
Bocah asal Manado ini memang sudah memikat perhatian sejak awal. Sebagai penampil pertama pada “Menuju Pentas Idola Cilik 3” tak membuatnya gentar. Suaranya yang halus tanpa hambatan ditambah dengan olah vokalnya yang tak bias di oandang sebelah mata, membuat para komentator seperti Om Dave, Kak Winda, Mama Ira dan Om Duta, tak ragu – ragu untuk menjagokan Rio ada di Grand Final Idola Cilik 3 sejak Menuju Pentas lalu.
RISE. Rio Fans Site. Begitulah para pendukung Rio menyebut diri mereka. Dengan slogan DARE TO BE RISE, akhirnya mereka berhasil mengantarkan Rio hingga sampai ke Grand Final. DARE TO BE RISE. Tertantang untuk menjadi sesosok yang bersinar. Tertantang untuk menjadi seorang RISE sejati. RISE yang selalu ada untuk RIO, RISE dengan setia mentype IC RIO di layar ponsel mereka. RISE yang selalu setia membombardir RCTI dengan sejuta sms. RISE yang selalu penasaran dan tidak sabar menunggu penampilan RIO setiap minggunya. RISE yang selalu rusuh di Chat Box setiap harinya. RISE yang selalu speechless setiap kali denger Rio nyanyi. RISE yang selalu MELTY seusai melihat Rio tersenyum. Dan inilah RISE yang memang benar – benar DARE TO BE RISE. RISE semua bersaudara, iyo to iyo to iyo to.
Di luar kehebohan si kuning RISE. Kehebohan aksi RIO di panggung pun tak boleh kelewatan di bahas. Setelah tampil hampir sempurna di sepanjang Menuju Pentas dan Menuju Pentas, akhirnya Grand Final pun datang menyambut denagn suka cita. RISE akan melupakan semua perselisihan yang ada di antara sesama ICIL LOVERS, kali ini RISE akan berkonsentrasi penuh dan tak akan mau ketinggalan momen sedikitpun di GF nanti. RISE cinta damai, dan RISE cinta RIO. kamiRISElalu untuk RIO.
Label: IDOLA CILIK 3, RIO IC3
Langganan:
Postingan (Atom)